Malang (2/12). Fadli, Romdan, Yoga dan Tami santri PPM yang mewakili Indonesia mempresentasikan alat medis dalam rangka meraih Juara 1 Bussines Plan Contest at SOI Asian 2014-2015, yang diselenggarakan oleh Keio University, Japan.
Kegiatan SOI diadakan setiap tahun oleh School of Internet Asia, Universitas Keio, Jepang bekerja sama dengan 27 perguruan tinggi di Asia. Proyek SOI Asia bertujuan untuk membangun melalui percobaan lapangan metodologi untuk berkontribusi terhadap pendidikan tinggi yang disediakan di negara-negara Asia, dengan secara efektif menggunakan Internet dan teknologi digital yang mendistribusikan sumber daya pendidikan tinggi di Jepang. Tim EDHET mewakili Universitas Brawijaya, Indonesia mengikuti seleksi hingga tahap akhir dan lolos dalam 6 besar yang hasilnya mendapat Juara 1setelah mengalahkan 30 tim lain dari Indonesia maupun tiga negara lainnya : Myanmar, Malaysia dan Jepang.
Dengan dilatarbelakangi meningkatnya jumlah angka kematian ibu pasca melahirkan, keempat santri PPM (Pondok Pesantren Mahasiswa) ini mengembangkan sebuah rencana bisnis alat deteksi pendarahan pasca melahirkan yang disebut EDHET (Early Detection of Hemorrhagic Postpartum). Mereka adalah mahasiswa aktif Universitas Brawijaya (UB), Fadli Fatkhurrizki (Tenik Elektro/FT 2012), Arya Yoga Adearta Pratama (Teknik Informatika/FILKOM 2012), Romdan Muhammad Ubaidilah (Teknik Informatika/FILKOM 2012), dan Nabila Alri Hutami (Kebidanan/FK 2012).
Fadli dan kawan-kawan berhak untuk mendapatkan kesempatan selama empat hari untuk mempresentasikan alat medis buatan mereka di depan mahasiswa S1 dari Profesor Jiro Kukuryo dan mahasiswa S2 dari Masaki Umejima Sensei di Universitas Keio, Jepang. Setelah presentasi selesai, EDHET mendapat respon positif dari para dosen dan mahasiswa. Bahkan ada salah seorang mahasiswa S2 yang berasal dari negara Mozambik berkata bahwa dia berharap alat EDHET bisa sampai di Benua asalnya, Afrika.
![]() |
Penampilan Ketua EDHET, Fadli, saat presentasi di depan mahasiswa S2 dari Mr. Masaki Umejima (Assistant Professor, Graduate School of Media and Governance, Keio University). (2/12/2015) |
Selain itu, EDHET juga telah mendapat respon positif dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Disampaikan oleh Yoga bahwa timnya telah mendapatkan tawaran dari IBI untuk dapat memasukkan EDHET sebagai salah satu bagian dari Bidan Kit yang biasa diberikan bagi bidan baru. Emi berharap tim EDHET terus mencari metode yang tepat, efektif, efisien, terjangkau, dan mudah digunakan. "Saya bangga karena ada anak muda yang mau memikirkan masalah ini," tutur Ketua IBI tersebut.
![]() |
Tim EDHET sampai sekarang akan terus melakukan inovasi. Hal ini dibuktikan ketika perwakilan tim @kawansiduta menemui mereka di Hotel POP Harris Surabaya pada tanggal 10 November 2015 lalu. Terlihat bahwa tim EDHET sedang berdiskusi dengan Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes yang menjadi Ketua IBI (Ikatan Bidan Indonesia) mengenai kesiapan alat mereka. |
Fadli juga memberi pesan motivasi untuk pemuda-pemudi LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) lain saat mengikuti kompetisi apapun yaitu “Jika ada kesempatan, jangan disia-siakan dan segera ambil. InsyaAllah bisa jadi jalan rejeki. Namun ingat jangan sampai tidak tertib mengaji dan ibadah. Percuma kalau sukes dan berhasil namun mengajinya gagal," tuturnya.
Sebagai pemuda-pemudi LDII yang aktif mengikuti pengajian di PPM Al-Kautsar dan PPM Baitul Jannah (PPM se-Malang Raya), mereka pun harus pandai memanajemen waktu antara mengaji, kuliah dan mengerjakan EDHET. “Ketika kuliah dan mondok saling berdampingan, ternyata bukan jadi penghalang untuk bisa berprestasi. Ketika kita menolong agamanya Allah, pasti Allah juga akan menolong kita,” ujar Yoga.
Untuk rencana jangka panjang tim EDHET bercita-cita dapat menjadi
perusahaan dan foundation yang bergerak dibidang pendidikan, terutama untuk para
mahasiswa LDII yg membutuhkan bantuan. Dengan demikian tim EDHET turut
mensukseskan program LDII yang bernama “Tri Sukses Generasi Penerus”. Dalam
program tersebut pemuda dibentuk menjadi sosok yang alim faqih, berakhlakul
karimah dan mandiri. “Sebagai mahasiswa harus siap keluar dari zona aman
insentif kedua orang tua, harus mandiri, terutama untuk masalah ekonomi. Insya Allah,
dengan niat karena Allah tim EDHET memiliki motivasi bergelut dibidang bisnis
alat kesehatan dalam rangka mengembangkan potensi diri kami dan keinginan untuk
selalu memberi manfaat bagi orang lain, agama, dan bangsa,” tutur Romdan. (Rizq Nastiti/siduta.com)